READ. . . !!!





Read adalah sebuah kosa kata yang mudah di ingat dan gampang di hafal. Dalam konteks “Pare” mungkin semua orang (members) hafal tentang kata tersebut. Dalam kamus Inggris manapun, read secara literal diartikan membaca. Tetapi kemudian secara konseptual bagaimana substansi dan esensi membaca serta bagaimana membaca dengan baik sehingga kita bisa menangkap ide atau pesan yang terdapat dalam bacaan itu??? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut tidaklah semudah mengingat serta menghafal vocabulary “read”.
Membaca merupakan sesuatu yang sangat penting tapi sulit dikerjakan. Banyak orang menjadi “besar” karena mebaca dan sebaliknya orang akan ketinggalan zaman sebagai akibat dari kurang membaca. Itulah sebabnya kenapa perintah Tuhan yang pertama kali turun adalah  perintah untuk membaca. Dalam Al-Quran dijelaskan:
Bacalah…! dengan menyebut nama Tuhanmu yang telah menciptakan, menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah…! Dan Tuhanmu yang paling mulia yang telah mengajar dengan melalui pena, mengajar manusia apa yang tidak ia ketahui” (QS Al-Alaq: 1-5)
Dalam ayat di atas, Tuhan memerintahkan umat manusia untuk membaca dan membaca. Dari sini jelas, betapa pentingnya membaca apa saja yang bisa di baca, baik berupa teks maupun konteks. Membaca tidak cukup sekali saja, melainkan harus berkali-kali, minimal dua kali. Inilah makna pengulangan kata “iqra” sebanyak dua kali.
Dengan demikian, dalam sehari semalam alangkah bijaknya kita menyediakan waktu khusus untuk membaca karya-karya ilmuwan yang ide-ide briliannya disampaikan kepada khalayak umum melalui goresan tintanya dan juga membaca dari sumber informasi: Koran, majalah, internet dan lain sebagainya. Bukankah orang yang menguasai dunia itu orang yang menguasai ilmu dan informasi
Namun demikian, ada beberapa hal yang harus dilakukan dalam membaca sebagai salah satu kunci membuka ilmu dan informasi agar kita menjadi orang yang menguasai dunia:
Ø  Cinta
Tentu cinta yang dimaksudkan di sini adalah rasa cinta pada ilmu. Cinta ilmu dapat memotivasi seseorang untuk mencintai buku. Ibarat cinta terhadap kekasih akan mendorong untuk selalu bertemu dan jalan bersama dengan kekasihnya. Begitu pula cinta terhadap bahasa, pasti yang menjadi teman setianya adalah kamus serta buku-buku grammar.
Jika rasa cinta terhadap ilmu sudah tertanam, pasti betah membaca selama berjam-jam tanpa mengenal lelah dan ngantuk, sehingga halaman demi halaman dibaca dengan penuh konsentrasi serta dapat menangkap ide yang disampaikan penulis.
Ø  Mengorbankan Waktu, Tenaga dan Pikiran demi Ilmu Semata
Untuk memperoleh ilmu melalui membaca, tidaklah segampang membalikkan telapak tangan, dengan meminjam bahasa Ali Baba –Abra Ka Dabra- langsung jadi pintar. Hal itu mustahil (ir-rasional) terjadi tanpa harus bersusah payah membaca buku. Orang yang membaca buku belum dapat dipastikan menjadi orang pintar dan sukses serta memiliki wawasan yang luas dan pola pikir dinamis, apalagi mereka yang malas membaca.
Kendati demikian, membaca merupakan langkan menuju pintu ilmu dan informasi yang siap dibuka. Tiada usaha tanpa perjuangan, tiada perjuangan tanpa pengorbanan, dan tiada pengorbanan tanpa harus mengerahkan segala pikiran, tenaga dan cucuran keringat serta banting tulang. Kepala jadi kaki dan kaki jadi kepala. “Tiada mawar yang tak berduri”, begitulah kata orang-orang bijak.
Ø  Tidak Bosan Membaca meskipun Tidak Paham
Tidak bosan membaca akan membuahkan sebuah jaminan bisa memahami apa yang sedang atau sudah dibaca, walaupun pada mulanya sulit memahami secara komprehensif. Tidaklah mudah membaca sebuah teks langsung dipahami secara baik, melainkan membutuhkan waktu yang relatif lama. Dalam membaca teks, yang terpenting adalah adanya upaya untuk senantiasa membaca dan membaca serta terus membaca sampai paham tanpa mengenal rasa bosan.
Ø  Mengulang Sampai Mantap
Membaca buku agar bisa dipahami isi dan gagasannya tidak cukup sekali langsung paham. Jika membaca suatu topic tertentu dari sebuah buah buku atau sumber informasi yang lain, sementara kita tidak dapat menangkap ide yang disampaikan pengarangnya, tidaklah baik apabila tidak mengulanginya lagi berkali-kali sampai bisa memahaminya, walau kalimat demi kalimat hingga seluruh paragraph. Lebih baik baca satu buku sebanyak seribu kali asal dapat mengambil pesan sang penggagas dari pada satu kali membaca buku sebanyak seribu eksemplar  tetapi tidak bisa memahami dengan baik.
Membaca teks dapat dianalogikan seperti bepergian kesuatu tempat asing yang rute perjalanannya belum diketahui sebelumnya. Jika sekali melewati jalan tersebut masih belum paham, maka perlu mencoba melewati sekali lagi sampai betul-betul ingat rutenya. Begitu juga dengan teks, setelah membaca kita harus menangkap ide pengarang dan bisa mengingatnya walaupun harus seribu kali mengulangnya.
Ada pepatah mengatakan “belajar cukup sekali, tapi mengulang harus seribu kali”. Masih ingat Thomas Alfa Edison, penemu lampu. Ia melakukan percobaan seribu kali. Akan tetapi, dari sekian percobaannya, 999 kali di antaranya gagal dan yang keseribu kalinya baru sukses menemukan lampu yang bisa memberikan manfaat sampai sekarang.
Ø  Mendekati Sumber Ilmu dan Informasi
Seseorang yang sering mendekati penjual parfum, akan ikut merasakan harumnya. Begitu juga jika sumber ilmu ada pada diri para ilmuwan dan orang-orang pintar, maka jadikan mereka sebagai orang yang dekat dengan kita untuk berdiskusi, bertanya, sharing atau “bersahabat” dengannya. Jika sumbernya terdapat pada lembaran-lembaran teks kehidupan, maka meleburlah ke dalam realitas tersebut sehingga semuanya dapat tersingkap sebagaimana adanya.
Ø  Memahami Sarana Ilmu dan Informasi
Merupakan suatu yang mustahil seseorang ingin memahami dan mengetahui pesan suatu teks tanpa adanya sarana yang memungkinkan. Sarana yang paling urgen dalam memahami pesan teks adalah bahasa. Dengan kata lain, jika kita ingin membaca teks yang berbahasa Inggris, maka sarana yang diperlukan adalah bahasa Inggris. Begitu juga dengan teks yang lain. Untuk itu, sebelum melangkah untuk maju ke depan alangkah baiknya penuhi sarana tersebut sebagai jalan untuk meraih suatu tujuan. Mungkin inilah yang membuat orang-orang dari penjuru dunia berbondong-bondong pergi ke Pare hanya untuk belajar bahasa. Karena dengan bahasa, seseorang akan mudah menggenggam dunia
Sebagai penutup dari tulisan ini, penulis kutip hasil kesimpulan seorang tokoh sebagai inspirasi dan motivasi dalam membaca:
What I read, I forget. So I have to write : Apa yang saya baca, mudah saya lupakan, maka saya catat
What I read and I see, I remember little.  So I have to write and repeat again : Apa yang saya baca dan lihat, sangat sedikit atau sebentar, maka saya mencatat dan mengulangi lagi
What I read, see and ask question about or discuss with some else, I begin understand : Apa yang saya baca, lihat dan tanyakan atau saya diskusikan dengan orang lain, saya mulai mengerti
What I read, see, discuss and do,  I acquire knowledge and skill : Apa yang saya baca, lihat, diskusikan dan lakukan, maka saya memperoleh pengetahuan dan keterampilan
When I teach to another, I master : Ketika saya bisa mengajari orang lain, berarti saya menguasai.

0 komentar :

Posting Komentar