Read
adalah
sebuah kosa kata yang mudah di ingat dan gampang di hafal. Dalam konteks “Pare”
mungkin semua orang (members) hafal
tentang kata tersebut. Dalam kamus Inggris manapun, read secara literal diartikan membaca. Tetapi kemudian secara
konseptual bagaimana substansi dan esensi membaca serta bagaimana membaca
dengan baik sehingga kita bisa menangkap ide atau pesan yang terdapat dalam
bacaan itu??? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut tidaklah semudah
mengingat serta menghafal vocabulary
“read”.
Membaca merupakan sesuatu yang sangat
penting tapi sulit dikerjakan. Banyak orang menjadi “besar” karena mebaca dan
sebaliknya orang akan ketinggalan zaman sebagai akibat dari kurang membaca.
Itulah sebabnya kenapa perintah Tuhan yang pertama kali turun adalah perintah untuk membaca. Dalam Al-Quran
dijelaskan:
“Bacalah…!
dengan menyebut nama Tuhanmu yang telah menciptakan, menciptakan manusia dari
segumpal darah. Bacalah…! Dan Tuhanmu yang paling mulia yang telah mengajar
dengan melalui pena, mengajar manusia apa yang tidak ia ketahui” (QS
Al-Alaq: 1-5)
Dalam ayat di atas, Tuhan memerintahkan
umat manusia untuk membaca dan membaca. Dari sini jelas, betapa pentingnya
membaca apa saja yang bisa di baca, baik berupa teks maupun konteks. Membaca
tidak cukup sekali saja, melainkan harus berkali-kali, minimal dua kali. Inilah
makna pengulangan kata “iqra”
sebanyak dua kali.
Dengan demikian, dalam sehari semalam
alangkah bijaknya kita menyediakan waktu khusus untuk membaca karya-karya
ilmuwan yang ide-ide briliannya disampaikan kepada khalayak umum melalui
goresan tintanya dan juga membaca dari sumber informasi: Koran, majalah,
internet dan lain sebagainya. Bukankah orang yang menguasai dunia itu orang
yang menguasai ilmu dan informasi
Namun demikian, ada beberapa hal yang
harus dilakukan dalam membaca sebagai salah satu kunci membuka ilmu dan
informasi agar kita menjadi orang yang menguasai dunia:
Ø Cinta
Tentu cinta yang dimaksudkan di sini
adalah rasa cinta pada ilmu. Cinta ilmu dapat memotivasi seseorang untuk
mencintai buku. Ibarat cinta terhadap kekasih akan mendorong untuk selalu
bertemu dan jalan bersama dengan kekasihnya. Begitu pula cinta terhadap bahasa,
pasti yang menjadi teman setianya adalah kamus serta buku-buku grammar.
Jika rasa cinta terhadap ilmu sudah
tertanam, pasti betah membaca selama berjam-jam tanpa mengenal lelah dan
ngantuk, sehingga halaman demi halaman dibaca dengan penuh konsentrasi serta
dapat menangkap ide yang disampaikan penulis.
Ø Mengorbankan Waktu, Tenaga dan
Pikiran demi Ilmu Semata
Untuk memperoleh ilmu melalui membaca,
tidaklah segampang membalikkan telapak tangan, dengan meminjam bahasa Ali Baba
–Abra Ka Dabra- langsung jadi pintar. Hal itu mustahil (ir-rasional) terjadi
tanpa harus bersusah payah membaca buku. Orang yang membaca buku belum dapat
dipastikan menjadi orang pintar dan sukses serta memiliki wawasan yang luas dan
pola pikir dinamis, apalagi mereka yang malas membaca.
Kendati demikian, membaca merupakan
langkan menuju pintu ilmu dan informasi yang siap dibuka. Tiada usaha tanpa
perjuangan, tiada perjuangan tanpa pengorbanan, dan tiada pengorbanan tanpa
harus mengerahkan segala pikiran, tenaga dan cucuran keringat serta banting
tulang. Kepala jadi kaki dan kaki jadi kepala. “Tiada mawar yang tak berduri”,
begitulah kata orang-orang bijak.
Ø Tidak Bosan Membaca meskipun Tidak
Paham
Tidak bosan membaca akan membuahkan sebuah
jaminan bisa memahami apa yang sedang atau sudah dibaca, walaupun pada mulanya
sulit memahami secara komprehensif. Tidaklah mudah membaca sebuah teks langsung
dipahami secara baik, melainkan membutuhkan waktu yang relatif lama. Dalam
membaca teks, yang terpenting adalah adanya upaya untuk senantiasa membaca dan
membaca serta terus membaca sampai paham tanpa mengenal rasa bosan.
Ø Mengulang Sampai Mantap
Membaca buku agar bisa dipahami isi dan
gagasannya tidak cukup sekali langsung paham. Jika membaca suatu topic tertentu
dari sebuah buah buku atau sumber informasi yang lain, sementara kita tidak
dapat menangkap ide yang disampaikan pengarangnya, tidaklah baik apabila tidak
mengulanginya lagi berkali-kali sampai bisa memahaminya, walau kalimat demi
kalimat hingga seluruh paragraph. Lebih baik baca satu buku sebanyak seribu
kali asal dapat mengambil pesan sang penggagas dari pada satu kali membaca buku
sebanyak seribu eksemplar tetapi tidak
bisa memahami dengan baik.
Membaca teks dapat dianalogikan seperti
bepergian kesuatu tempat asing yang rute perjalanannya belum diketahui
sebelumnya. Jika sekali melewati jalan tersebut masih belum paham, maka perlu
mencoba melewati sekali lagi sampai betul-betul ingat rutenya. Begitu juga
dengan teks, setelah membaca kita harus menangkap ide pengarang dan bisa
mengingatnya walaupun harus seribu kali mengulangnya.
Ada pepatah mengatakan “belajar cukup
sekali, tapi mengulang harus seribu kali”. Masih ingat Thomas Alfa Edison,
penemu lampu. Ia melakukan percobaan seribu kali. Akan tetapi, dari sekian
percobaannya, 999 kali di antaranya gagal dan yang keseribu kalinya baru sukses
menemukan lampu yang bisa memberikan manfaat sampai sekarang.
Ø Mendekati Sumber Ilmu dan Informasi
Seseorang yang sering mendekati penjual
parfum, akan ikut merasakan harumnya. Begitu juga jika sumber ilmu ada pada diri
para ilmuwan dan orang-orang pintar, maka jadikan mereka sebagai orang yang
dekat dengan kita untuk berdiskusi, bertanya, sharing atau “bersahabat” dengannya. Jika sumbernya terdapat pada
lembaran-lembaran teks kehidupan, maka meleburlah ke dalam realitas tersebut
sehingga semuanya dapat tersingkap sebagaimana adanya.
Ø Memahami Sarana Ilmu dan Informasi
Merupakan suatu yang mustahil seseorang
ingin memahami dan mengetahui pesan suatu teks tanpa adanya sarana yang
memungkinkan. Sarana yang paling urgen dalam memahami pesan teks adalah bahasa.
Dengan kata lain, jika kita ingin membaca teks yang berbahasa Inggris, maka
sarana yang diperlukan adalah bahasa Inggris. Begitu juga dengan teks yang
lain. Untuk itu, sebelum melangkah untuk maju ke depan alangkah baiknya penuhi
sarana tersebut sebagai jalan untuk meraih suatu tujuan. Mungkin inilah yang
membuat orang-orang dari penjuru dunia berbondong-bondong pergi ke Pare hanya
untuk belajar bahasa. Karena dengan
bahasa, seseorang akan mudah menggenggam dunia
Sebagai penutup dari tulisan ini,
penulis kutip hasil kesimpulan seorang tokoh sebagai inspirasi dan motivasi
dalam membaca:
What
I read, I forget. So I have to write
: Apa
yang saya baca, mudah saya lupakan, maka saya catat
What
I read and I see, I remember little. So I have to write and repeat again : Apa
yang saya baca dan lihat, sangat sedikit atau sebentar, maka saya mencatat dan
mengulangi lagi
What
I read, see and ask question about or discuss with some else, I begin
understand : Apa yang saya baca, lihat dan tanyakan
atau saya diskusikan dengan orang lain, saya mulai mengerti
What
I read, see, discuss and do, I acquire
knowledge and skill : Apa yang saya baca, lihat,
diskusikan dan lakukan, maka saya memperoleh pengetahuan dan keterampilan
When
I teach to another, I master : Ketika saya bisa
mengajari orang lain, berarti saya menguasai.